Oral Lichen Planus (Definisi, Etiologi, Patogenesis, Gambaran Klinis, Potensi Malignansi, Diagnosis dan Perawatan Lichen Planus)
1.1.3.1. Oral Lichen Planus (OLP)
a. Definisi
Lichen
planus (LP) adalah suatu penyakit inflamasi kronis yang umum dari kulit dan
membran mukosa (Cawsons). Regezi, dkk (2012), lichen
planus merupakan penyakit mukokutaneous kronis yang tidak diketahui penyebabnya. Silverman,
dkk (2001), lichen planus adalah kelainan imunopatologis mukokutaneousyang cukup umum yang dimediasi oleh
reaksi limfosit T terhadap rangsangan antigenik yang berada di lapisan epitel. Scully (2004), lichen planus adalah penyakit inflamasi
mukokutaneus tipe autoimun yang dapat mempengaruhiepitel squamous stratified
kulit, mukosa oral (oral lichen planus) dan genital.3Lesi oral paling umum terjadi yaitu mengenai 30-70%
pasien dari seluruh kasus lichen planus. Penyakit
ini tidak jarang terjadi dan memiliki prevalensi 1% dan referansi lain
menyebutkan mempengaruhi 0,2-2% dari
populasi. Lichen planus paling umum terjadi pada wanita dan
biasanya mempengaruhi orang pada usia 30-65 tahun.
b.
Etiologi dan Patogenesis Lichen Planus
Belum diketahui secara pasti faktor penyebab terjadinya OLP, tetapi
beberapa beranggapan bahwa sel epitel yang rusak merupakan pemicu terjadinya
OLP. Selama beberapa tahun terakhir, telah menjadi lebih jelas
bahwa sistem kekebalan tubuh memiliki peran utama dalam perkembangan penyakit
ini. LP diyakini sebagai suatu gangguan imunopatologis
mukokutaneous yang dimediasi oleh reaksi sel T terhadap stimuli antigen yang
berada di lapisan epitel. Penelitian immunomarker telah mengungkapkan bahwa
pada populasi limfosit terdapat banyak sel T dengan pencampuran limfosit CD4
dan CD8 yang melepaskan molekul integrin dari kelas α1.
LP melibatkan kerusakan epitel yang dimediasi secara imunologis oleh sel
Tc yang diarahkan pada keratinosit basilar dan menghasilkan
degenerasi vakuolar dan lisis dari sel basal. Namun, ini bukan kelainan
autoimun klasik.
- Antigen yang bertanggung jawab untuk
LP tidak diketahui, tetapi penelitian menunjukkan antigen epidermal spesifik
LP. Penelitian yang mencari bakteri penyebab, jamur, virus telah terbukti
negatif.
- Ciri paling awal dari LP berubah, dan
mendekati, epitel basal. Tampilan dari sel
processing antigen (sel langerhans) merupakan salah satu perubahan pertama
yang dapat diamati.
- Sel mononuklear seperti makrofag dan sel T akan menginfiltrasi hingga ke
lapisan propria bagian atas, berdekatan dengan membran basalis. Pada awalnya
sel T CD8+ akan mengenali keratinosit sebagai antigen dengan bantuan
Major Histocompatibility Complex
kelas 1 (MHC 1). Setelah pengenalan dan aktivasi, sel T CD8+ akan
menginduksi apoptosis keratinosit dan memediasi datangnya beberapa sitokin,
seperti TNF yang akan menimbulkan inflamasi lebih lanjut. Proses tersebut mengakibatkan
terjadinya gambaran patologis khas pada OLP, yaitu terjadi pendataran membran
basalis, ditemukan intercellular spaces,
dan terpisahnya epitel dengan membran basalis yang dikenal dengan liquefactionmembran basalis. Biasa
ditemukan juga colloid bodies yang
disebabkan oleh keratinosit yang mengalami kematian premature.
c.
Faktor Predisposisi
- Dasar genetik untuk OLP didukung oleh
fakta bahwa kadang-kadang ada kasus keluarga; IL-6 dan TNF-α genotipe homizigot
secara signifikan lebih sering ditemukan pada pasien OLP dan genotipe ini
dikaitkan dengan peningkatan risiko terjadi OLP. TNF polimorfisme dapat
berkontribusi pada pengembangan lesi kulit tambahan. Polimorfisme gen IL-1 beta
dan IL-10, bagaimanapun tidak berkaitan dengan perkembangan atau tejadinya OLP.
- Stres telah lama diyakini sebagai
faktor etiologi penting pada LP, tetapi dari sedikit penelitian, kebanyakan
orang tidak mengalami stres yang obyektif. Perbedaan yang signifikan secara
statistik memang ditemukan pada profil psikologis pasien yang terkena LP dimana
cenderung menjadi depresi dan cemas, namun ketidaknyamanan kronis yang dapat
menimpa pasien yang menderita LP tentu saja dapat menjadi faktor stres.
- Infeksi hepatitis C virusdikaitkan
dengan OLP pada beberapa populasi seperti daerah Mediteranian dan Jepang.
Hubungan ini belum pernah diamati di negara-negara Eropa Utara. Selanjutnya,
tidak ada hubungan yang dilaporkan dari Mesir dan Nigeria.
- Lesi secara klinis dan histologis
seperti LP, disebut “lichenoid lesions”,
yang kadang-kadang disebabkan oleh:
·
Material
restorasi (terutama amalgam dan emas)
·
Penyakit
kronis graft-versus-host, terlihat pada pasien tranplantasi sumsum tulang.
·
Berbagai
gangguan sistemik lainnya seperti hipertensi dan diabetes, tetapi ini mungkin
merupakan manifestasi dari reaksi terhadap obat yang dikonsumsi.
d. Gambaran Klinis Lichen Planus
Lichen planus
merupakan penyakit usia paruh baya (middle
age) yang lebih sering menyerang wanita, sedangkan anak-anak jarang
terkena. Beberapa tipe dari LP di dalam rongga mulut telah dideskripsikan. Tipe
yang paling umum adalah reticular form
yang mana dikarakteristikkan dengan sejumlah/banyak jalinan garis keratotik
putih atau striae (dinamakan Wickham’s striae) yang menghasilkan pola berbentuk
seperti jala atau annular. Mukosa bukal merupakan tempat yang paling banyak
terlibat. Striae, terjadi secara khas dengan pola simetris pada mukosa bukal
bilateral, dapat juga ditemukan pada lidah dan jarang terjadi pada gingiva dan
bibir. Hampir semua jaringan mukosa dapat menunjukkan manifestasi dari lichen
planus. Bentuk ini (reticular form)
secara umum hadir dengan gejala klinis minimal ataupun asimptomatik.
Plaque form dari LP cenderung menyerupai
leukoplakia secara klinis tetapi memiliki distribusi multifokal sepertiplak
pada umumnyaberkisar sedikit lebih tinggi sampai datar. Tempat utama untuk tipe
ini yaitu dorsum lidah dan mukosa bukal.
Erythematous atau atrophic form dari lichen planus terlihat sebagai patch merah dengan
striae putih yang halus. Tipe ini mungkin
dapat terlihat bersamaan dengan tipereticular
atau erosive. Proporsi area terkeratinisasi
untuk area atrofik bervariasi dari satu daerah ke daerah lainnya. Gingiva
cekat/ attached gingiva paling umum
terlibat pada tipe ini dari LP, menunjukkan distribusi patch, sering di 4
kuadran. Pasien mungkin mengeluh sensasi terbakar, sensitif, dan rasa
ketidaknyamanan.
Pada erosive form dari LP, area tengah lesi
adalah ulserasi, dimana plak fibrin atau pseudomembran menutupi ulser tersebut.
Prosesnya agak dinamis, dengan perubahan pola dari minggu ke minggu.
Pemeriksaan dengan teliti biasanya menunjukkan keratotik striae perifer ke
tempat erosi, bersamaan dengan eritema. Pasien sering mengeluhkan
rasa sakit atau perih.
Papular form, umumnya terdapat pada fase
inisial OLP berupa titik-titik putih yang kecil.5Bullous formmerupakan tipe lichen planus
yang jarang ditemui, biasanya diameter berkisar dari beberapa milimeter sampai
centimeter. Seperti bulla yang umumnya berumur pendek dan ruptur, meninggalkan
ulser yang menyakitkan. Lesi ini biasanya terlihat pada mukosa bukal, khususnya
pada posterior dan inferior sekitar gigi M2 dan M3. Lesi ini jarang terdapat
pada lidah, gingiva, dan aspek sebelah dalam dari bibir. Daerah keratotik
reticular atau striae dapat terlihat pada tipe lichen planus ini.
e.
Potensi Malignansi Lichen Planus
Lichen planus
memiliki potensi malignansi yang rendah, mungkin hanya sekitar 1% dan terutama
pada jenis LP non-retikular. Meskipun demikian, OLP mempunyai
potensi untuk menjadi malignansi atau keganasan, yaitu Oral Squamous Cell Carcinoma (sekitar 1% pada 5 tahun/mungkin lebih
rendah dari angka yang telah dilaporkan). Jika terjadi transformasi keganasan,
jenis OLP yang sering dikaitkan atau terlibat adalah erosive dan atrophic form. Penyebab terjadinya potensi keganasan pada OLP tidak jelas, kemungkinan
hal ini disebabkan oleh naiknya mutasi gen cancer-formingdikarenakan
oleh respon inflamasi kronis dan respon perbaikan luka epitelial. Proses yang
terjadi adalah makrofag inhibitory factors (MIF) dilepaskan dari sel T dan
makrofag menekan proses transkripsi yang terjadi pada p53. Selain itu, faktor
genetik juga berperan dalam proses menjadi keganasan tersebut yang diperkirakan
terjadi akibat mutasi pada gen yang mengatur apoptosis sel (mutasi p53).
Dalam banyak
kasus, gambaran klinis saja dapat memastikan diagnosis oral lichen planus.
Biopsi terkadang tidak perlu dilakukan, lesi-lesi intraoral tanpa gejala dapat
dibiarkan. Meskipun demikian, biopsi oral disertai pemeriksaan histopatologis,
keduanya direkomendasikan untuk mengonfirmasi diagnosa klinis dan khususnya
untuk mengesklusi displasia dan malignansi. Biopsi dari bentuk atrofi dan
erosive harus dilakukan pada tepi lesinya.
Pada gambaran histopatologi
anatomi, gambaran mikroskopis lesi lichen planus menunjukkan gambaran yang
sangat spesifik dimana menunjukkan adanya 3 karakteristik yang khas, yaitu:
-
Adanya
kerusakan lapisan membran basalis epithelium.
-
Adanya
infiltrasi sel-sel limfosit yang padat disertai membentuk untaian (band).
-
Adanya
eosinofilik material pada daerah lamina propria.
g.
Prognosis
Seringnya
onset LP lambat/perlahan, butuh waktu berbulan-bulan untuk mencapai puncaknya.
Seringkali lesi dikulit hilang dalam waktu 18 bulan, tetapi pada beberapa orang
terus bertahan atau persisten selama bertahun-tahun. Lesi rongga mulut sering
persisten. Tipe ulcerative/erosive
dan atrophic diketahui dapat
berpotensi menjadi malignansi.
h.
Perawatan Oral Lichen Planus
Walaupun OLP
umumnya tidak dapat diobati atau disembuhkan, beberapa obat dapat memberikan
kontrol yang memuaskan, diantaranya:
-
Kortikosteroid merupakan kelompok obat yang paling efektif untuk
perawatan lichen planus yaitu dalam hal mengontrol gejala. Alasan penggunaan kortikosteroid adalah kemampuannya untuk memodulasi inflamasi
dan respon imun. Topikal aplikasi dan injeksi lokal dari steroid telah
digunakan secara sukses dalam mengontrol tetapi tidak menyembuhkan penyakit
ini. Pada kasus yang mana gejalanya parah, steroid sistemik mungkin digunakan
untuk perawatan inisial. Paling sering digunakan 0,05% fluocinonide dan 0,05% clobetasol. Ini
sering diresepkan sebagai pasta atau gel.
-
Penambahan
terapi antifungal pada regimen kortikosteroid biasanya dapat meningkatkan hasil
klinis (untuk eliminasi pertumbuhan Candida
sekunder pada jaringan yang terkena lichen planus). Pemberian antifungal
tersebut juga mencegah pertumbuhan yang berlebihan dari C. albicans yang mungkin
berhubungan dengan penggunaan kortikosteroid topikal.
-
Penggunaan
calcineurin inhibitor topikalseperti
tacrolimus dan pimecrolimus dapat digunakan pada kasus resisten steroid,
walaupun responsnya cenderung kurang dramatis daripada steroid topikal
(biasanya diberikan untuk LP yang memiliki gejala).
-
Penggunaan
sistemik dan topikal vitamin A analog (retinoid) sangat berguna dalam perawatan
lichen planus karena ada efek anti-keratinisasi dan efek anti-imunomodulasi.
Comments
Post a Comment